Tetes air itu membasahi bumi.
Menjatuhkan tetes demi tetes yang membawaku ke masalalu.
Masalalu yang membuatku rindu..
Sayang? Apa kabarmu?
0o0
"Celly? Apa kamu masih mau disana?" Suara itu membuyarkan lamunanku.
"Ehm... masih hujan kok, Ve" jawabku enggan. Aku masih menatap tetesan hujan. Aku ingin tetap disini..
"Tapi udah jam 5 sore. Kamu tetep gak mau pulang?!" Velvary duduk di sampingku. Aku menoleh.
"Aku rindu.." desahku. Sejenak, hanya suara hujan yang kudengar. Mata Ve menerawang kearah hujan.
"Doakan ia baik-baik saja disana, Ly." Hening...
"Beberapa bulan lagi. Apa dia masih ingat? Apa.. Traven.. masih sayang padaku? Apa...." aku berhenti melanjutkan kalimatku.
"Sst! Kau ingat? Traven mengatakan akan kembali Ly.. dia akan segera kembali." Ve menenangkan kegelisahanku.
"Kau ingat? Saat Traven mengejarku ditengah hujan?" Ucapku. Ve mengangguk
"Siapa yang melupakan masa hal itu?! Kau adalah satusatunya wanita beruntung. Traven amat menyayangimu." Ve tersenyum. Aku menghapus setetes airmata dipipiku. "Traven bilang waktu itu. Dia bilang ditengah2 hujan, kan? Semua mata.. mata gadis yang menaruh hati pada Traven. Mereka iri padamu kala itu. Siapa yang menganggap pria mencium kening wanita adalah hal buruk? Tidak.. itu romantis.." Ve melanjutkan celotehannya. Aku makin terhanyut akan masalalu. Masa 3 tahun. Sebelum Traven meningalkanku. Traven adalah pria yang cerdas. Dia mendapat beasiswa ke Paris, Prancis. Kota dengan keindahan.. Kota yang diimpi-impikan. Dan beberapa minggu setelah hari ini. Ia akan kembali.. ya. Kuliahnya akan selesai.
^0^
"Traven?" Mataku membelalak. Aku mencoba mengejar pria yang berjalan kearah belakang kampus. Kampus hari ini ramai. Agak sulit mengejar pria yang mirip Traven..
"Aven?!" Jeritku didekat danau Syblues~ danau kecil milik kampus ini. "Raven?~" aku menyandarkan tubuhku pada pembatas jembatan. Aku menarik kepalaku dan membenamkannya ke lutut. Dadaku sesak! Aku amat rindu..
"Ly? Kamu ngapain disini? Tadi aku liat kamu lari dari kantin ke taman. Huh" Ve menetralkan nafasnya.
"Tadi.. aku ngeliat Raven.." ucapku pelan. Lebih tepatnya desahan frustasi..
"Traven?" Ulang Ve. Aku menanguk.
"Ilusi kamu aja, udah yuk kita pulang!" Ve menarik lenganku. Aku pasrah. Mungkin karena rasa rindu. Semua menjadi berlebihan.
^0^
"Ve..." aku menepuk-nepuk lengan Ve. Pelajaran Mr. Thomas sangat membosankan.
"Liat gak? Itu Traven ya?" Aku menunjuk bangku pojok kelas ini. Ve menggeleng
"Hah? Mana? Itu kan Romy sama Helda. Mana ada Traven?" Ve memalingkan wajanya. Aku menggeleng mantap. Menatap pria bertubuh tegap. Kulit putihnya. Dan. Rambut bergaya mirip Traven... ya.. Itu Traven. Ia sedang menatap serius kearah Mr. Thomas yang sedang menjelaskan
"Apaan sih Ly? Gak ada!" Ve menepuk pipiku. "Jangan ngigoo!" Ucap Ve.
"Ekhm.. nona Vary dan nona Celly. Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian tidak senang berada di kelas saya? Silahkan keluar dari kelas saya!" Ucap Mr. Thomas santai. Walaupun santai. Itu terdengar menyeramkan.
"Ngg.."
"Keluar sekarang juga! Kalian berdua!" Ia menunjuk pintu putih. Aku dan Ve berjalan lemah kearah pintu.
Sekali lagi. Aku melihat kearah pojok. Lho?! Mana Traven? Dia.. hilang.."
0o0
"Ini garagara kamu Ly. Aah!" Ve duduk di kursi kantin. Aku melengos.
"Huaah. Yaudah. Sebagai ucapan maaf. Kamu ambil makan sama minum sana! Biar aku yang bayar!" Ve bergegas senang. Huh!
Aku menatap sekitar kantin. Sangat nyaman disini.
"Traven... ah aku bermimpi!" Aku mengadukan kepalaku pada meja kantin.
"Aww sakit!" Rintihku. Aku kembali menatap kearah pria dengan baju kaos santai. Pria itu tersenyum padaku..
wtf!? Dia.. tersenyum.. dan... itu... senyum Traven...
Aku mengalihkan pandangan. Mengucek-ucek mata dan menatap kembali kesana. Dia tetap disana.. "astagaa.. yatuhan.. apa ini?" Keluhku. Aku menutup mata.
"Ly? Celly? Kamu kenapa?" Aku mendengar suara Ve.
"Emh.. itu. Traven bukan, sih?!" Aku menunjuk pria tadi.
"Mana?!" Tanya Ve penasaran
"Didekat pohon kecil ditaman!"
"Gak ada siapa-siapa celly!" Ucap Ve. Aku menghebuskan nafas kasar. "Yatuhaan.." aku mengusap-usap wajahku. Demi tuhan! Ini membingungkan.
.-.
"Ah? Kenapa ma? Traven udah pulang ya ma? Aku kerumah ya sekarang" jawabku di sambungan telepon. Aku memanggil mama Traven dengan sebutan mama. Karena memang mama Traven menyuruhku begitu. Mama Traven mengenalku. Dan. Kami memang sudah direstui.
"Hah? Traven... baru pulang.... meninggal?!" Airmataku menetes begitu refleks. Tanpa kuinginkan.. tanpa perencanaan..
"Mama... serius?" Nada bicaraku melemah.. terasa banyak kupu-kupu berterbangan di lututku. Lemas!!!!!
'-'~
Tubuh itu terbaring kaku.
Tubuh itu terlihat semu..
Mata itu tertutup sempurna...
Mata yang kuinginkan akan menatapku dengan tajam ketika aku berbuat salah.
Tangannya dingin.. dan kaku..
Tangan yang ku impikan menjadi tangan yang menghapus tetes airmataku.
Tangan yang akan kucium tiap pagi sebelum bekerja..
Mulutnya tertutup..
Mulut yang kuinginkan menjadi penasehat yang baik..
Tubuhnya.. dingin... dan kaku..
Tubuh yang pernah memelukku dan memberi aku hangat tentang itu.
Seberapa lama aku harus memelukmu sayang?! Seberapa lama agar aku dapat menghangatkan tubuhmu ?! Membuat matamu terbuka?! Membuat bibirmu tersenyum.
Membuat tanganmu merengkuhku.
Membuat hidupku lebih sempurna denganmu..
Sayang?! Bukankah kau berjanji akan kembali? Bukankah kau berjanji?
Aku telah menunggumu.. aku dengan tulus menunggumu.
Mana rasa cinta yang kau bawa?!
Harapanku pupus..
Bersama dengan angin.
Aku.. ternyata berharap berlebihan..
Kita.. tidak untuk bersama..
Tapi sayang..
Boleh aku ungkapkan jika... hatiku ikut membeku dengan bekunya tubuhmu.
Hatiku mati. Hatiku.. terlanjur mati bersamamu.
Tenanglah disana. Bawa hatiku kealammu.
Aku akan menjemputnya segera. Dan kita akan bahagia disana..
"TRAVENNNNNNN!!!!~" jeritku memeluk Nisan kayu bertuliskan namanya.
Tamat .
27.08.13(19:53)
Thanks for reading.
Copas? Plagiat? Dosaa!
Ini asli karya sendiri :p please jadi orang kreatif~ jangan cuma copas cerita orang :p
Thanks to : Mutya, Annisa. Atas inspirasi konyolnya. Makasih! Atas support dan kegilaan kalian!^^
By : Chnisa123
Komentar