Langsung ke konten utama

Heaven in Your Eyes.

Title : Heaven in your eyes.
Maincast : Zevary Levylya as Zeva
- Nathan Elvanders.

Rate : PG+15.

Author : Chnisa.

Aku gadis kesepian.
Aku gadis sendirian.
Aku tak tahu apa.
Aku tak pernah mengerti mengapa.
Aku benci hidup ini..
Sebelum, aku mengenalmu lebih dalam - Zevary-

Hidupku lebih indah saat mengenalmu.
Mengetahui bahwa kau bernafas disisiku.
Kau tahu surga? Surgaku.. berada disampingmu - Nathan -

Zeva mengaduk-aduk sarapannya. Matanya menatap langit kota Newyork yang terlihat murung. Ia enggan sekolah. Ia benci hidupnya. Semua memuakkan! Ia meraih jacket biru kesayangannya dan mengambil tas nya yang menggantung di pintu Apartement kecilnya. Ia melirik jam biru kecil di lengannya. Pukul 6:05. Masih belum terlambat untuk sampai disana.

-

Zeva suka sendirian, tidak. Maksudnya Zeva benci keramai-an. Zeva benci bergosip dan memilih membaca novelnya di pinggir lapangan. Zeva benci pria. Walaupun semua novel kesukaannya adalah Bergenre Romance. Gadis aneh bukan? Tidak, ia benci untuk sakit hati- maksudnya.
Zeva memutar acak playlist Mp3 warna biru-nya. Ia suka biru. Warna kedamaian--
Sesekali Zeva menoleh kearah lapangan. Banyak pria yang sedang bermain bola, menunggu bel dibunyikan untuk menghentikan aktifitas mereka.
"Pria yang manis" desis Zeva.

'Tidak Zeva, pria itu berpotensi untuk menyakitimu' ucap otaknya- Zeva menghentikan khayalannya 'Tidak, dia pria baik, Zeva. Kau harus memilikinya. Bukankah kau menginginkan pangeran mimpi seperti di Novel yang kau baca, heem?'' Hati kecil Zeva menggodanya. Zeva menggeleng dan lebih memilih kata otaknya. Zeva terlalu naif dan sangat munafik.

"Hi Zev" gadis berwajah khas Asia itu duduk disamping Zeva.

"Hi Lee" Zeva menatap Resylee dengan senyum. Zeva suka Resylee. Satu-satunya gadis yang menjadi temannya selama berada di Mon's Academy.

"Bagaimana kabarmu selama liburan?" Tanya Lee. Zeva menggeleng tak semangat

"Yah.. sangat membosankan tentunya" sahut Zeva tak semangat. Lee muram.

"Yahh.. sungguh tak menyenangkan, ya? Aku mendapat pacar baru, Zev" Lee tahu hati temannya tak bersemangat untuk mendengar ceritanya, Zeva memang tak suka bergosip. Tapi ia adalah pendengar dan penasihat yang Baik.

"Ohya? Siapa? Apa dia sekolah disini, lee?" Tanya Zeva berpura-pura antusias agar Lee senang.

"Yaa. Dia berada di kelas XII. 2" jawab Lee. Zeva mengangguk

"Sudah berapa lama? Ohh aku sangat tak sabar untuk menunggu kau mengenalkannya padaku, Lee" Zeva tersenyum melihat Lee nyengir sumringah.

"Baiklah. Istirahat nanti aku akan mengenalkanmu padanya, zeva"

"Okay"

"Hi dear, kenalkan sahabatku. Zevary. Dan Zevary, kenalkan ini Jason" dengan pura-pura semangat. Zeva meraih tangan Jason. Ia tak tertarik. Ia tertarik pada pria yang tengah mengantri untuk makan-nya. Pria yang tadi ia lihat di lapangan. Zeva mengacuhkan apa yang diucapkan kedua sejoli yang tengah bahagia itu. Yang pasti ia menatap Pria yang mengganggu otak dan hatinya saat ini. Terlebih ia tak menyadari bahwa pria itu didepan wajahnya, sekarang.

"Hey Zeva. Kenalkan ini Nathan. Sahabatku" Jason tersenyum lalu tangan Nathan sudah berada didepan wajahnya

"Nathan"

"Zevary"

"nice to meet you, girl" Zeva tersenyum.

Jadi setelah kejadian itu. Zeva tak lagi menjadi gadis sepi. Zeva kembali percaya cinta, walau tak sepenuhnya. Zeva selalu bahagia. Walau tak sepenuhnya.
Hati & hari Zeva sekarang hanya terisi oleh Nathan-Nathan-Nathan- dan hanya Nathan.
Semua mereka lakukan berdua walau tanpa status yang jelas.
Hari ini mereka hanya bergelung diatas kasur apartement Zeva dan menonton film horor. Ini usul menyebalkan Nathan, menurut Zeva.

Zeva benci horor. Berkali-kali ia memeluk Nathan dan membenamkan wajahnya di bahu Nathan. Dan reaksi nathan adalah tertawa sepuasnya!

"Apakah kau lapar?" Tanya Nathan saat mendengar suara 'kruk-kruk' yang berasal dari perut wanita disampingnya 'tentu saja, kau ini bodoh atau bagaimana. Jelas aku lapar. Tapi aku takut untuk kedapur karena film horor sialan ini!' Oh ini hanya runtuk-kan hatinya Zeva. Malang~

"Heem.. iya"

"Kita keluar cari makan, okey sayang?" Nathan mengecup pipi Zeva sebelum bangkit dari kasur berwarna biru langit milik Zeva.

"Sudah pukul 23.45. Kau yakin masih ada Resto yang buka, dear?" tanya Zeva.

"Ah iyaa." Nathan mendesah lalu bergelung lagi kedalam selimut.

"Aku akan buatkan nasi goreng, apakah kau suka?" Zeva tersenyum

"Kau bisa memasak, hooney? Tentu saja aku suka. Cepat buatkan- aku tak sabar untuk mengomentari masakanmu. Jika tak enak. Kau harus menciumku. Jika enak. Aku harus menciummu. Bagaimana? Tawaran yang menarik bukan?" Nathan memberikan senyuman malaikatnya. Zeva melempar bantal "in your dreams, man!" Lalu Zeva pergi kedapur. Belum semenit. Ia sudah kembali ke kamarnya.

"What's wrong hooney?" Nathan berdiri dihadapan Zeva.

"Aku takut" ucap Zeva manja. Nathan tersenyum

"Ayo kesini peri kecil" Nathan merangkul pinggang Zeva lalu menghidupkan lampu Dapur.

"Baiklah. Aku akan menunggu peri kecilku untuk memasak" Nathan duduk di Pantry sambil tersenyum menatap tubuh Zeva yang menurutnya kecil. Nathan pria yang lumayan tinggi. Dan Zeva hanya kurang beberapa senti dibawahnya. Tapi Nathan suka memanggil Zeva dengan sebutan Mini. Atau minie.. haha.

"Apa yang kau lakukan heh?" Zeva memasang wajah garang saat melihat wajah Nathan yang senyum- lebih tepatnya Nyengir melihat Zeva begitu.

"Nothing, minie" Nathan tersenyum "u look so beautiful. More than angels in heaven" Nathan bilang Zeva sangat cantik. Lebih dari malaikat di surga. Zeva tersenyum

"Berhenti menggombaliku, sayang" Zeva mengalihkan wajahnya agar rona pipinya tak terlihat oleh Nathan.

"Dan jangan menyembunyikan warna merah pipimu dariku, Nona Elvanders" kata-kata Nathan lagi-lagi menyihirnya agar tersenyum.

"Aku akan memasak, Nathan. Bisakah kau berhenti membuatku tersenyum sendiri? Aku harus fokus"

"Siapa yang menyuruhmu tersenyum sendiri? Kesini. Tersenyum didepanku. Senyumanmu dapat membangkitkan ga.. engh ... hidupku." Nathan buru- buru meralat kata-kata gairahku menjadi kata hidupku agar tak mendapat lemparan pisau ditangan Zeva.

"Hahahahah. Dasar penggombal." Nathan tak merespond ucapan Zeva. Ia memilih bangkit dari kursi Pantry menuju dimana Zeva berdiri. Menghirup aroma tubuh Zeva dari belakang. Menyisipkan kepalanya diantara rambut hitam Zeva. Dan mulai ingin tertidur karena harum Vanilla aroma tubuh Zeva.

"Ssh Nathan" erang Zeva saat nathan menghirup lehernya dalam-dalam

"Diamlah Zeva.. sssh" Nathan tak suka diganggu. Apalagi jika keadaan begini. Dua bulan terakhir bersama Zeva adalah surga untuknya. Untuk hidupnya.

"Nathan... shh.. hentikan. Kau bisa melakukannya saat nasi gorengnya matang!" Nathan tersenyum. "Aku akan menunggu nasi gorengnya cepat matang, minie" ucapan sialan! Zeva mengamuk dalam hati. Mengapa mulutnya mengucapkan hal sebodoh itu? Ia memancing Nathan. Aargh sialan! Runtuk hati Zeva.

"Ssh... tidak tidak. Kau nakal sekali Nathan"

"Janji tetaplah janji. Kau mengucapkan janji padaku dan harus menepatinya, minie"

"Ohhh yasudahlah" zeva menyerah. Ia tahu tak ada gunanya berdebat dengan pria super- menyebalkan sejenis Nathan.

"Nasi gorengnya siaap!" Nathan menghirup aroma nasi goreng ditangan Zeva.
"Hmm.. aku lapar minie. Tolong suapi aku" nathan nyengir kuda. Zeva tersenyum

"Baiklaah. Tapi kau tak akan melanjutkan hal yang tadi kau lakukan di dapur tadi. Oke sayang?" Penawaran Zeva membuat Nathan cemberut. Wajahnya sangat lucu!!

"Oke aku makan sendiri. Dan aku akan melanjutkan hal itu setelah aku makan! Siapkan dirimu Nona Elvanders!" Nathan tersenyum devil.

"In your dreams!"

"Sssh nathan! Aku sedang mencuci piring. Tak bisakah kau diam?"Zeva protes saat Nathan melakukan hal ini lagi.

"Sssh diamlah Zeva. Aku hanya menepati janjimu tadi. Nikmatilah" Zeva hanya diam menahan apa yang terjadi. Hormon wanita sedang dalam masa 'naik' beberapa hari sebelum datang bulan. Dan. Rasanya menyebalkan menahan hasratnya sendiri.

Zeva mematikan kran air dan berbalik menghadap Nathan.. langkah yang amat salah! Karena Nathan.. semakin menggila dengan apa yang ia lakukan.

-

"Sampai bertemu waktu istirahat, minie" nathan mengecup ujung bibir Zeva sekilas. Zeva tersenyum "byeee"

"yaa!"

"Zev? Apa kau benar? Serius? Nathan menginap di apart- mu?" Tanya Lee sakratis. Zeva mengangguk bahagia.

"Apa yang kalian lakukan semalaman? Make a.. baby? Oh no. Make some baby? More baby? Oh my goshhh" lagi-lagi Lee bertindak berlebihan. Banyak anak muda yang seperti itu. Tapi tidak dengan Zeva. Ia penganut aturan "No sex Before Marriage" itu yang diajarkan orang tuanya. Dan ia akan membuat orangtuanya menyetujui dan menikahkannya dengan Nathan. Baru, Party all night long~ itu akan ia laksanakan.

"God! No. Aku tak melakukan apa- apa dengan nathan. Kau tahu itu Lee"

"Benarkah? Ahh.. tak seru. Aku melakukannya dengan Jason minggu lalu dan itu membuat apartement-ku berantakan" Lee mengatakan itu tanpa malu. Aku meneguk saliva gugup. Semalam hampir saja terjadi jika saja telfon dari mama-ku di Indonesia berbunyi. Ha-ha!

"Oh my gosh Lee. Apakah kau serius?"

"Aku serius kau tahu itu"

"Haha! Apakah berhasil? Berapa kali?"

"Tak terhitung Zev. Hahaha" ia tertawa bersamaku sampai puas..

'Dimana Nathan? Katanya istirahat ini ia akan menemuiku? Tapi... mana? Aku tak melihatnya. Aku sudah mencari ke kelasnya. Dan kata Jason ia keluar kelas dari tadi. Aku menahan nafasku. Alu khawatir.. aku takut.
Aku mencari ke sekeliling Mon's Academy tapi tak menemukannya.'

"Nath...." Zeva menahan nafasnya saat melihat Nathan dan seorang wanita di danau belakang Mon's Academy.

Ia berbalik pergi. Ia tak tahan lagi. Jadi selama ini ia tak pernah memiliki status jelas dengan Nathan adalah, karena Nathan sudah memiliki kekasih? Oh poor Zeva.

"Hiks hiks" Zeva menahan tangisnya. Berjalan menunduk melewati koridor sekolah dan menutupi wajahnya.

"Eh, maaf apakah tak apa-apa?"

"Sorry. Aku ceroboh"

"Hey Zeva! Apa kau menangis?" Ucap Jason. Kekasih Lee. Kau ingat?

"Ekhm aku tak apa-apa Jason. Apakah kau melihat Lee?" Tanya Zeva. Sebenarnya Zeva membutuhkan bahu Lee. Ia ingin segera menangis disamping Lee.

"Lee baru saja kuantar kekelas. Apa kau baik-baik saja Zeva?"

"Im fine. Thanks Jason. See u" Zeva melambaikan tangannya sebelum menghilang.

"Maaf Reyl. Aku tak dapat bersamamu lagi"

"Nathan. Aku mencintaimu"

"Kau sudah punya Alex. Kutahu itu, Reyl."

"Tapi aku tetap mencintaimu, Nathan"

"Aku tak lagi mencintaimu. Reyl"

"Aku tak peduli" Reyl memeluk Nathan dan menenggelamkan tangisnya di dada Nathan

"Reyl. Aku mau hubungan kita berhenti disini" Nathan masih mencintai Reyl sebenarnya. Tapi hatinya telah terebut penuh oleh wanita yang bersamanya akhir- akhir ini. Dia... Zeva..

"Aku tak mau Nathan!" Zeva memukuli dada Nathan dengan Frustasi. Nathan memeluk Reyl dan menenangkan wanita ini. Bagaimanapun Nathan adalah pria. Bukan pengecut yang meninggalkan wanita lalu membiarkan wanita itu menangis.

"Nathan maafkan aku. Aku dapat memutuskan Alex. Dan kita mulai lagi dari awal, ya?" Reyl menatap wajah Nathan. Rahang Nathan mengeras.

"Tidak Reyl. Kau tak boleh menyakiti hati siapapun lagi. Cukup aku. Oke? Lagipula aku sudah memiliki penggantimu, Reyl. Jadi bahagialah dengan Alex"

"Kau bajingan! Shut up! Aku tak mau dengar! Aku mencintaimu Nathan!"  Reyl memukul dada Nathan lagi. Nathan membiarkannya.

"Aku tak dapat memilikimu lagi, Reyl"

"Siapa wanita itu?!"

"Dia wanita cantik. Baik. Namanya Zevary Levyla, Reyl. Maaf aku harus pergi. Terimakasih Reyl. Aku ada janji dengannya. Bye"

"AAAAARGHHHHHHHH F*CK OFF!"

"Ssh tenanglah Zeev.. jangan menangis begini. Aku tak sanggup melihatmu sangat terpuruk" Lee menenangkan Zeva. Zeva sedang menangis tak henti daritadi. Hingga bel pulang berdering pun. Zeva masih enggan keluar kelas.

"Ayo keluar Zev" ajak Lee.

"Tinggalkan aku sendiri Lee. Terimakasih telah mendengarkanku. Jason sudah menungumu dari tadi. Maafkan aku ya, Jason membuatmu menunggu" suara Zeva parau.

"Tak apa Zev. Apakah kau yakin akan sendirian?"

"Aku tak apa. Pulanglah. Antar Sahabatku sampai rumah! Jangan kau apa-apakan ya? Haha" suara tawanya terdengar mendesis. Zeva tetap mencoba tertawa walau hatinya sesakit ini.

"Oke. Bye"

-

Zeva melewati koridor. Jam birunya menunjukan pukul 4 sore. Ia menatap seorang wanita berwajah marah. Ada apa? Fikir Zeva.

"Kau bernama Zevary?" Tanya wanita itu sinis.

"Ya. Ada apa?" Tanya Zeva sesekali menghapus bekas airmatanya. Senyum meremehkan terlihat di bibir wanita itu.

"Berani-beraninya kau merebut Nathan dariku, JALANG!" Ucap wanita itu. Zeva ingat. Itu wanita tadi yang bersama Nathan.

"Ohh. Maaf. Aku tak bermaksud..." ucapan Zeva terhenti saat sebuah tangan menampar pipinya kencang. Rasanya panas dan perih.

"Kau merebut Nathan! DASAR JALANG!!!! Aku ingin kau MATI!"

Wanita itu berteriak menarik rambut panjang Zeva. Keadaan Mon's Academy sepi. Ia tak dapat meminta bantuan siapapun

"Awwh aaaah" Zeva menendang perut wanita tadi hingga tersungkur jatuh. Wanita itu menerkamnya hingga jatuh ke lantai Mon's Academy. Mengeluarkan sebuah pisau kecil di tangannya dan menusukannya wajah Zeva sebelum sebuah tangan menarik rambut wanita itu hingga mendongak. Menatap seorang pria yang matanya memerah karena emosi. Ia menghentakan rambut wanita tadi hingga wanita itu berdiri.

"JANGAN MENYENTUH WANITAKU! B*TCH" Itu Nathan..

"Aku akan membunuhnya! Hentikan!" Ucap wanita itu. Zeva mengerjapkan matanya. Mencoba sadar akan hal yang ia lihat.

"KAU MEMBUNUHNYA? AKU AKAN MEMBUNUHMU DULUAN!" Ucap Nathan sadis. Zeva bangun dari lantai.

"Ini wanitamu? HA-Ha. Jalang!"

Wanita itu menampar keras wajah Zeva (lagi) Nathan Berang lalu menarik rambut wanita itu. "KAU B*TCH!" Nathan balas menampar Wanita itu. Wanita itu meneteskan airmata lalu pergi.

"Minie kau tak apa?" Wajah Nathan khawatir. Zeva tersenyum miris

"Terimakasih"

"Aku mencintaimu Zevary"

"Terimakasih"

"Kau demam, minie. Apa aku harus memanggil dokter?" Tanya Nathan. Zeva menggeleng.

"Aku tak apa" jawab Zeva lemas. Kemudian ada suara pintu dibuka. Ada Lee dan Jason disana

"Zev apa kau baik-baik saja? Aku khawatir"

"Dia tak apa-apa, Lee" jawab Nathan

"Kauu!!!!" Ucap Lee berang. Ia menampar Nathan.

"Sayang! Sayang hentikan" Jason mencoba melerai kekasihnya yang hampir membunuh Nathan.

"Ada apa?" Tanya Jason saat ia berhasil menjauhkan Kekasihnya dari Nathan.

"Dia brengsek! Kau mencintai Zeva? Kau bersamanya akhir-akhir ini tapi kau berduaan? Berpelukan dengan wanita lain? Kekasihmu? Kau sungguh brengsek! NATHAN" ucap Lee emosi. Jason mendesah

"Apakah itu Reyl?" Tanya Jason pada Nathan.

"Ya. Aku coba memutuskannya"

"Kau bajingan!" Lee masih emosi.

"Ssst sayang. Sudah tenanglah"

"Aku coba memutuskannya, Jason. Dan aku menenangkannya ketika ia menangis. Aku tak tahu reaksinya sampai ingin membunuh Zeva. Sungguh" Nathan menutup wajahnya.

"Aku mencintai Zeva dan mengatakan itu pada Reyl. Dan ia tak terima. Ia tak mau aku pergi meninggalkannya" desah Nathan

"tapi aku sungguh mencintai Zeva. Aku tak bermaksud membuatnya menangis"

"Kau dengar itu, dear? Nathan tak salah"

"Maafkan aku, Lee. Maafkan aku, Zeva. Aku mencintaimu. Sungguhan. Aku mencarimu ke apartement sepulang sekolah tadi. Tapi kau tak ada di apartement. Aku mencari ke apart- Lee. Tapi hanya ada Jason dan Lee. Kata Lee kau masih di sekolah. Dan aku mencarimu kesana. Yang kulihat. Reyl mencoba membunuhmu. Kau berada di posisi lemah di bawah Reyl. Aku segera berlari dan menarik rambut Reyl. Sungguh aku tak ingin kehilanganmu- Zeva" ucap Nathan. Zeva tersenyum hangat lalu menyandarkan tubuh lemasnya ke dinding kasur.

"Maaf"

"Seharusnya aku yang meminta maaf, Zeva. Aku telah menelfon Dady dan Momy ku. Aku meminta restu untuk melamarmu. Dan aku sudah membeli cincin untukmu dan untukku. Aku akan melamarmu. Tapi ya.. kau tak dirumah dan lanjutan cerita yang tadi. Jadi.." nathan menghela nafas panjang sebelum berlutut disamping kasur Zeva

"Maukah kau menikah denganku setelah kau lulus nanti? Atau.. setelah kau kuliah nanti? Aku akan menunggu untukmu." Nathan tersenyum. Zeva menahan haru

"Ya... nathan... aku bahagia bersamamu" Nathan mengecup mata Zeva. Menghapus airmata di pipinya. Kau tahu? Airmata kebahagiaan. Lalu memakaikan cincin putih yang terukir N&Z. Yang Nathan pesan 1 bulan lalu.

"Aku mencintaimu"

"Aku juga lebih mencintaimu"

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Perks Of Being Single.

hello peeps. kali ini gue mau bahas beberapa things, yang jadi kelebihan bawa lebih enak single, loh! haha (padahal provokator biar pada jomblo nemenin gue) wkwk XD 1. The Time Is Yours. buat cewek nih terutama, pasti semua orang butuh me time. plan lo yang tadinya mau nonton film/ drama korea 16 episode dibabat habis habisan hari itu (niatnya) eh gagal pas di episode pertengahan doi nelfon/ ngechat. Kan jadi gak fokus, ya ga girl? Ini kelebihannya. Kalo lo Single, otomatis kan gak ada yang perlu lo khawatirin. Takut doi marah kalo gadibales or blah bla blah. 2. Gak takut ribut-ribut. Lo lagi gabut dirumah, nungguin doi ngechat atau ngajak jalan. Eh tiba-tiba temen lo atau orang rumah ngajak pergi dan lo lupa bawa handphone atau lowbat. Bayangin, kalo lo single kan enak. Haha, lo punya Quality Time sama orang lain. Gaperlu check hp almost every single minute. Have Fun. Atau lebih baiknya, gak perlu berantem-berantem karena doi marah chat gak dibales, atau karena handphonemu ketin...

Jemput aku..

Sayang.. Jaga rasa yang kutitipkan, jika kelak aku tak dapat kembali untuk mengambilnya.. Simpan baik-baik. Karena aku.. memberikan tulus rasaku padamu. Memberikan banyak perasaan atas cintaku padamu. jaga itu sayang... Jika nanti tanganku tak lagi dapat menggapai dan meraih jemarimu. Jika kelak mataku tak lagi dapat menatap wajahmu. Jika kelak mulutku tak lagi dapat memanggil namamu. Memberikan katakata indah untukmu. Jika telingaku tak lagi dapat mendengar suaramu.. Dan bila nafasku benar-benar berhenti.. Percayakah kamu? Bahwa hatiku tetap terjaga untuk selalu mencintaimu. Cintaku akan memelukmu.. walau hanya bayang semu.. Tetap saja, hatiku.. akan tetap hidup disampingmu. Tetap mengawasimu. Tetap menjagamu.. Walau tak lagi dapat mencegah siapa yang akan menggantikan posisi hatiku.. Aku bisa menerima jika dia lebih baik dari aku. Jika ia dapat menghapus airmatamu. Jika ia dapat mengh angatkanm u. Jika ia membuatmu lebih bahagia. Jika ia dapat menghadirkan senyummu ...

inside of mind. bagian 2

after re reading my preview post. that was unstructural and seems... messy. well, that actually picturing my mind so well. bagian dari otakku benar-benar sibuk berfikir tentang banyak hal, thats why... postinganku sebelumnya benar-benar berantakan dan terkesan berputar-putar, well. i personally say sorry for what i've been write. i just want to write something inside mine before my parents send me to el ysium LOL begini, ternyata titik fokusku sebenarnya adalah tentang pilihan. Dan konsekuensi yang akan mengikutiku dibelakangnya. Aku... memang sedang menghadapi pilihan yang well boleh kukatakan mudah-mudah saja, tapi bagiku. Ini sama sekali tak mudah walaupun aku hanya berkata ya dan urusan selanjutnya biar kita lihat saja. No, im not the type like that. Aku pernah begitu bergantung pada seseorang, semua hari-hari yang kulalui akan selalu bersamanya, begitu kufikir. Karena aku dan ia memiliki cinta yang kufikir dapat membangun dan bertahan selamanya, badai-- dan kerikil telah ...