Jika boleh.
Ingin kupeluk dirimu sekali lagi, hanya sekali saja.
Jika dapat ku ulang, ku putar. Aku ingin berlari, mengucapkan selamat tinggal terindah, untukmu.
Jika boleh, aku ingin memelukmu erat, sebelum melepas dan menatap pergimu saat ini.
Ingin kupeluk dirimu sebelum takdir dan kenyataan memecah dan mengharuskan semua untuk hilang dan tak kembali.
Papa.
Jika boleh, kuminta satu kali lagi untuk terlelap dipelukmu.
Untuk mendekapmu, menyanyikan lagu tidurku, menegurku, menjagaku. Untuk yang terakhir.
sebelum kau pergi dan tak dapat untuk kembali.
Bagaimanapun, aku merasa rindu berada dalam hangatmu. Merasa hampa tanpa tangan kokohmu yang membantuku berdiri, membantuku mencoba sepeda baru. Dan membantuku mempelajari hidup yang semakin hari kurasa semakin sulit saja, papa.
Mengapa tak pernah kau beri tahu bahwa kau akan pergi? Tanpa dapat mencegah dan mengadu pada siapa jika aku sendiri. Meratap nasib. Menata hari. Dan melakukan semua sendiri tanpa senyum lelahmu setiap hari.
Papa..
Aku ingin memelukmu, aku ingin lelah dalam dekapmu, aku ingin mengadu bahwa dunia ini tak sanggup jika kau tak disini.
Papa. Apakah takdir ini baik? Apakah ini yang tuhan tau bahwa semua baik? Tapi aku tak baik-baik saja, papa.
Bagaimana semua orang mengambil bahagiaku? Lantas mana bahagiaku, papa?
Sementara mereka berbahagia, merasa terlindungi dengan adanya papa.
Lantas aku harus mengadu pada siapa? Aku harus menangis pada siapa?
Aku rindu papa.
Aku rindu bagaimana semua berjalan baik-baik saja.
Semua ini, papa.
Semua ini semakin menyakitkan.
tak dapatkah kau kembali?
Dari, anak manja mu yang tak tahu harus mengadu pada siapa.
Komentar