Langsung ke konten utama

HARDEST GOODBYE



A angst and gloomy story by Runnisa


Bangun pagi selalu dalam list menyebalkan dalam hariku. Aku benci bangun pagi, apalagi jika waktunya adalah weekend. Seharusnya kuhabiskan weekend milikku dengan tidur, membaca novel, atau bersantai ria dirumah. Tapi kali ini berbeda, pagi ini aku bangun pagi dengan semangat sekali.
Setelah merapikan pakaiankudan beberapa hal yang harus kubawa, aku menghabiskan sarapanku dengan buru buru. Berkali-kali aku melakukan checking agar penampilanku tak terlihat buruk,

“kesan terakhirnya untukku harus bagus” batinku sambil membenarkan letak kerudung yang kupakai. Aku tersenyum menatap kaca “hope this day gonna be good” doaku dalam hati sebelum benar-benar berangkat.

Other side

Wow, hari kelulusan. Bagiku hal ini biasa saja, semua hal terlihat rata dan aku tak lagi peduli tentang kesan apa yang akan kudapatkan hari ini, kurapihkan lagi tatanan rambutku, setelah kuberi gel, aku mulai menatanya. “good looking!” pujiku pada diri sendiri. Aku mengambil jas hitam yang tergantung didekatku.
“he said that she loves man with a suit” kataku sambil memperhatikan pantulan diriku dari kaca. “so i became one” aku tersenyum miring dan keluar dari kamar, mendapati ayahku yang juga tengah bersiap-siap.

oOo

aku sampai disekolah ketika suasana masih sepi, aku memilih untuk menikmati udara sambil menyapa beberapa murid lain yang kukenal. Rencananya hari ini aku ikut memeriahkan acara kelulusan sekolah dengan membuka Stand Bazar bersama dengan Estrakulikuler milikku. “not bad” batinku dalam hati. “dengan begini, aku bisa melihatnya untuk terakhir kali” kataku sambil tersenyum dan menatap sepatu putih milikku dibawah sana.
Aku tersenyum tentu saja, tapi entah berasal darimana.. perasaan perih yang tak dapat kugambarkan, kau pasti tahu bagaimana rasanya. Aku terus menatap kebawah, menikmati rasa sendiri yang menenangkan. Sebelum seseorang dari kelasku menepuk bahuku.

“maybe.. maybe were loving each other.. maybe”

Seperti yang sudah kutebak, sekolah sangat ramai. Dengan suara dimana-mana. Aku menghampiri gerombolan teman-temanku, mereka memakai setelan yang sama denganku. Kami berbicara banyak hal. Beberapa dari wanita teman sekelasku mengajak untuk berfoto bersama. Kenang-kenangan katanya,
Tapi satu hal berputar-putar dalam benakku. “dimana dia?” aku tetap bertanya ketika teman wanitaku mengambil gambar denganku, aku tersenyum.. aku mengangguk.. tapi bagaimana bisa dipikiranku.. hanya dia?

Other side.

Tak seburuk yang kufikirkan, setelah mengatur beberapa hal untuk design Stand acara. Aku mulai berjalan-jalan tak jelas, beberapa kali aku menabrak orang dan tentu saja meminta maaf, aku agak lalai beberapa hari ini. Aku tak tahu harus kemana,
Sebelum mataku menangkap bentuk tubuh seseorang yang kukenal, tampak dari belakang dan sedang berbicara sambil sesekali tertawa.
Jarakku jauh sekali. Aku memandang dari sebrang tempatnya berdiri. Ia membelakangiku tapi aku sudah hafal sekali bahwa itu adalah dirinya. Seorang wanita mengajaknya berbicara, kemudian mereka mengambil foto bersama. “sial, rasanya sakit sekali..” Aku menatap mereka, ia terlihat tersenyum dan bahagia sekali. Aku tertawa, lebih kepada mentertawakan dirku sendiri. Untuk apa sih aku masih berharap seperti ini?
Sebulir airmata jatuh begitu saja. “if only you know, that i still.. still in love with you”
Aku mendongak saat dua temanku mengajaku ke pameran yang dibuat salah satu ekstrakulikuler sekolahku. Aku mengangguk saja padahal aku tak tahu aku akan kemana, setidaknya..

Setidaknya aku tak terlalu memikirkan ia...

Other side

Aku melihatnya memasuki aula, ya.. gadis tadi yang selalu kusebutkan, ternyata ia datang keacara ini.
Ia masuk ke aula sekolah dengan dua temannya, ia terlihat sangat kecil sambil tertawa diantara dua temannya yang lebih tinggi dan besar, ahh. Ingin sekali aku merengkuhnya. Gadisku hilang kedalam aula, beberapa temanku mengatakan hal tentang universitas dan beberapa cerita lama, beberapa lagi memilih untuk menjadi keren dengan berfoto dengan segala macam ekspresi.
Tapi aku.. tetap menatap kearah pintu aula, menunggunya keluar.. berharap aku bisa bicara padanya.

Other side

Pameran tekhnologi, aku biasanya suka hal seperti ini. Tapi kali ini fikiranku benar-benar tak fokus dan terus memikirkannya. Jarak aula dan tempat ia berdiri cukup dekat, aku bisa saja berlari dan memeluknya; melakukan hal gila dan tak tahu malu apapun yang sekarang mengisi imajinasiku. Kedua temanku terus berbicara tentang foto dan yang lainnya. Aku mendengarkan dan beberapa kali menimpali..

Tapi aku terus saja merindukanya..

Aku keluar dari area pameran dan berdiri didepan aula. Menatapnya yang terlihat dekat, “aku ingin bicara padanya” kataku dalam hati. Gerombolan temannya, termasuk ia berjalan kearahku.

“acara apaan?”salah satu temannya yang berjambul bertanya padaku.
“pameran ICT” kataku mencicit, aku takut sekali sekarang. Padahal tadi aku ingin bicara padanya.
“bayar gak?” temannya yang lain menimpali. Aku menjawab tidak. Dan entah memang sudah plan mereka atau bagaimana. Salah satu diantara mereka, oh salah, semua teman-temannya menyuruhku, memintaku untuk berfoto dengannya.

AKU MEMANG MENGINGINKAN INI JUJUR SAJA.

TAPI OH MY GODNESS SERIOUSLY?!

Tubuhku mendadak layu dan aku lemas, ini memang termasuk hal yang kuinginkan tapi.. aku malu sekali. Bukan malu karena jijik atau hal seperti itu, tapi entah kenapa aku menjadi tak punya keberanian.
Aku mengangguk, pria yang tadi selalu kubicarakan berjalan kearahku dan berdiri disampingku. Ia tinggi sekali. Sepertinya lebih tinggi dari terakhir kali aku berdiri bersebelahan dengannya.

Aku tersenyum seadanya, masih sepenuhnya malu dan kikuk saat menyadari flash kamera “sial” umpatku dalam hati. Aku pasti kaku sekali difoto itu.
Setelah selesai, aku tetap berdiri mematung, tak menyadari bahwa mereka semua telah berjalan pergi. Termasuk ia, pria yang selalu kubicarakan.

“tidakkah ia ingin berbicara padaku?” hatiku terasa nyeri lagi, kali ini aku mengabaikan rasa tersebut. Dan melangkah menjauh.

Other Side

Aku melihat gadisku berjalan keluar aula. Ia berdiri disana dan melamun.

“apa yang ia pikirkan?” tanyaku penasaran, aku terus menatapnya, sialnya. Salah satu temanku menyadari tatapanku dan langsung mengajak temanku yang lain untuk mendekati aula, itu artinya.. mereka akan kearah sana! Kearah dimana gadisku berdiri.
“you’d better take your chance” kata seorang temanku yang entah siapa.
Aku berjalan dengan kerumunan temanku, dibagian paling belakang. Beberapa temanku terlihat bertanya padanya, dan ia menjawab dengan ramah seperti biasanya.
Entah sudah plan atau sejenisnya, mereka memintaku berfoto dengannya.
Sial, mereka teman yang baik sekali! Haha. Aku merasa kikuk. Temanku yang berjambul menimpali sebelum aku mengiyakan suruhan mereka “kalo lo gamau, biar gue aja nih ya” ancamnya. Aku memberikan death glare padanya dan menununjukan gesture “she is mine, you touch her? I’ll kill ya” dan berjalan dengan cepat kearah gadisku. Ia terlihat sayu dan takut.
“apakah ia benci padaku? Atau ia tak mau berfoto denganku?” aku berdiri disampingnya dan mencoba tersenyum lebar pada kamera “apakah ia terpaksa? Apa ia malu? Tapi.. kenapa?” berbagai spekulasi muncul dikepalaku... setelah foto diambil. Ia terlihat berdiri dan terdiam. “ia benar benar benci padaku ya?” tanyaku dalam hati. Aku berjalan mengikuti temanku kearah aula. Meninggalkan ia yang terlihat menunduk, terlihat menggeleng lalu berjalan menjauh.

Aku mengikuti langkah temanku yang lain, tapi sebelum masuk kedalam, aku membalikan tubuhku untuk menatapnya lagi dan ia tetap berjalan menjauh..

Other Side

Aku masih saja memikirkannya, berjalan kearah panggung acara karena aku tahu bahwa sebentar lagi namanya, maksudku kelasnya akan naik kepanggung untuk menerima medali sebagai simbol bahwa mereka benar-benar telah lulus dari sekolah ini. Aku berjalan tak sadar hingga aku benar-benar sudah sampai dekat panggung acara.

“Ia terlihat baik baik saja, kan?” tanyaku pada diri sendiri. Memperhatikan tubuh tegapnya; ia terlihat tertawa dengan guru produktif sekolah kami. Lalu berjalan turun.

Aku terkesiap; aku takut. Bagaimana jika ia membenciku jika tau aku memperhatikannya dari jarak sedekat ini. Ia melihatku sekilas; lalu beberapa temannya datang untuk mengambil gambar dengannya; sebelum ia menyadari bahwa aku sedekat ini.
Bahwa aku ingin sekali berbicara dengannya.

Aku memilih berbalik; berjalan pergi.

Other side.

Suara di speaker terdengar memanggil kelas-kelas untuk naik kepanggung acara; temanku menarikku untuk ikut, ya. Benar; setelah ini aku benar-benar tak bisa melihatnya lagi.Aku menanggapi ajakan teman temanku dengan mengekor dibelakang mereka; ikut berbaris.

Ah, gadisku ada disebelah panggung. Ia terlihat gugup dan muram, entah karena apa..
Aku naik; seorang guru memberikanku simbolis dan aku turun dari panggung, ya. Aku akan berbicara padanya, aku akan mengungkapkan rasa rinduku dan salam perpisahanku ketika aku sampai dibawah.
Tapi ketika aku menuruni tangga; temanku mengajak untuk berfoto bersama lagi. Sebelum aku sempat berbicara dengannya; ia berjalan menjauh.

“Apakah ia membenciku?” tanyaku dalam hati sambil terus menatapnya; seseorang menepuk pundakku.

“Oh, ada apa?” tanyaku tak focus, ia memutar bola mata,

“Tadi kau bilang ingin bicara padanya, tapi kenapa kau diam saja saat dia pergi?” Tanya nya kesal, aku menunduk..

If only..if only she knows that I really want to talk to her..

Acara sudah hampir selesai, aku masih menatapnya; ia terlihat berbicara dengan teman-temannya dan serius, aku benar-benar sudah merasa hilang mood untuk berbicara padanya. Aku berjalan tak tentu arah, lagi-lagi aku menabrak tubuh seseorang.

“Hei” sapa orang tersebut, aku mendongak dan mendapati wajah seorang teman sekelas priaku; ia tersenyum dan menepuk bahuku. Kami berbicara tentang beberapa hal, dan ia mengajakku untuk berfoto bersama. Aku menurut, tentu saja aku mau.
Ia adalah wanita teman sekelas priaku; ia wanita yang sangat baik, tentu saja aku suka padanya, terkadang ia membantuku mencari informasi tentangnya, bagaimana kabarnya, bagaimana keadaanya. Lewat kakak inilah aku tahu bahwa ia memang bahagia dan baik-baik saja hingga hari ini.

Kemudian, tanpa kuduga.Ia memanggil seseorang.

Kau tahu siapa?

Ia memanggil namanya; nama priaku.

Ia berjalan kearah kami.

Mataku dan matanya bertemu; memandang satu sama lain. Aku memandangnya dengan tatapan sendu; dan ia menatapku seakan ada rasa rindu didalamnya.

Haha, rindu kataku?
Mana mungkin, aku hanya terlalu berharap, aku hanya menghayal.Ia berdiri disisiku, dengan arahan dari kakak savior ku tadi, kamipun mengambil gambar untuk kedua kalinya.

“Kayak gitu doang?” tanyanya. Aku menggedikan bahu, memangnya harus seperti apa lagi? “Deketan dong!” perintahnya, aku menurut.

Other side.

“Deketan dong” perintah temanku, sial; aku benar-benar akan sakit jantung. Debar jantungku terasa cepat sekali. Aku tak tahu harus apa. Bukan karena aku tak mau, tapi aku benar-benar dalam mode bodoh kali ini.

Tak bisa bergerak; tak bisa berbicara; bahkan otakku terasa beku.

Kemudian, gadisku berbicara dengan pelan, aku mendengar nada takut dalam kalimatnya, mengapa ia harus takut?

“May i?” Tanya nya, aku mencoba focus, may i? untuk apa?

Kan, aku benar benar tak focus, kemudian lengannya mengait lenganku.

Fuck; lututku terasa lunglai, ia menyentuh lenganku dan rasanya aku akan terbang saat ini juga. Rengkuhannya terasa rapuh dan canggung; tapi hal ini membuatku nyaman dan ingin tetap dalam posisi seperti ini.

Suara kamera menyadarkanku bahwa semua harus berakhir; ia melepas renguhan lengannya, aku menatap kebawah; maksudku kearahnya. Karena ia cukup mini—haha maksudku ia kecil, aku menatap kearahnya begitu juga dengannya;

Other side

Mata kami bertemu lagi; ia memandangku sendu. Aku membalas tatapannya, mengisyaratkan bahwa aku..sangat merindukannya.
Tapi yang tubuhku lakukan berkata lain; tubuhku melepas kaitan lengannya, mencoba menjauh dan melepaskan semua jenis skinship yang baru saja terjadi.

Tatapan matanya terlihat sedih dan tak rela.Ia tetap menatap mataku untuk beberapa saat, begitu juga denganku.

Mungkin lewat hening aku menyampaikan perasaanku.
Lewat hening dan membiarkan angin yang berbicara.
Seperti slow motion; aku menatap geraknya.Ia bergerak pelan.
Suara lagu favoritku seperti menggema;
Semua memori dan ingatanku tentangnya seperti berputar.
Membawa rasa manis, membawa kebahagiaan yang hampir hilang..
Bagiku..aku ingin menghentikan waktu.

Other side

Aku menatap matanya; dan ia juga menatapku. Aku menyampaikan padanya bahwa aku rindu padanya; lewat tatapan mata dan lenganku yang tetap tertaut dengan miliknya.

Tapi tidak dengannya, ia melepaskan lengannya dan menjaga jaraknya denganku.

Setelah itu, ia berjalan menjauh setelah memberikan senyum manisnya; kerudung hitamnya berkibar-kibar. Angin benar-benar mengantarkan kepergiannya.Aku juga bergerak menjauh; membalikan tubuhku.

Tanpa kusadari; setetes airmata jatuh dipipiku.

Pria macam apa yang menangis? Haha aku mentertawai diriku sendiri. Menggeleng saat kenanganku bersamanya tiba tiba merasuki pikiranku; semua hal yang ia lakukan padaku tiba-tiba berputar lagi. Seperti film lama; kekosongan yang selama ini kurasakan tiba-tiba terasa hilang.Aku merasa hangat walau dengan mengingat memoriku dengannya.

Setetes airmata jatuh lagi, sial; aku begitu sakit dan lemah.

Aku tak ingin kehilangannya.
Aku tak ingin kehilangannya..

--

Aku berjalan menjauh, mengusap airmata yang jatuh berkali-kali.Tak bisa menahan sakit yang mengisi relung hatiku; ini berlebihan dan menjijikan.Kenapa aku menjadi begitu lemah? Damn.
Ingatan tentangnya dan rasa takutku akan kehilangannya; ia benar-benar akan pergi jauh dan aku tak bisa melihatnya lagi untuk waktu yang sangat lama.


Aku terdiam; dikeramaian seperti ini rasanya aku benar-benar sendirian.Rasa sakit memenuhi pikiranku. Aku tak ingin ia pergi.

Tapi apa yang bisa dilakukan olehku? Aku tertawa pada diri sendiri.
Sambil menghapus tetes airmata yang lagi lagi jatuh.Aku melangkah.

Tapi, langkahku terhenti saat merasakan seseorang; ia memelukku dari belakang.

Kudengar lantunan lyrics mirrors oleh Justin timberlake mengalun pada speaker; seseorang pasti sedang menyanyikan lagu ini dipanggung.

Pelukan ini terasa nyata, haha.Apakah aku mulai gila sekarang?Aku menunduk, mencoba menyadari bahwa ini memang benar-benar khayalanku.
Tapi aku melihat juga merasakan tangan kokoh seseorang; tangannya yang besar merengkuh tubuhku.Merasakan tubuh kokohnya dari belakang.
Ia terasa sangat nyata dan menenangkan.

Don’t go” suara seraknya memenuhi telingaku. Aku takut sekali..suara ini seperti nyata dan menyiksaku; membuatku ingin kembali pada masalalu.

I don’t” jawabku menguasai diri.Menahan rasa untuk tak memeluknya balik; semua terasa bagai mimpi.

Don’t hate me” katanya lagi. Kali ini aku merasakan pegangannya pada pinggulku mengerat; seperti melampiaskan rasanya..rasa takutnya.

Other side.

I never did” balas wanitaku, hatiku merasa perih mengingat dua tahun jarak antara aku dan dia selama ini.

-I don’t wanna loose you now- suara dispeaker, bagai mengungkapkan perasaanku.

I love you” kataku diluar kendali; ya.Benar.Aku memang masih mencintainya hingga detik ini.Bahkan kufikir masih untuk seratus tahun kedepan.

So did I” katanya pelan. Suaranya terasa menyakitkan ditelingaku, aku merasakan airmatanya menetes ditanganku.

Aku membalikan tubuhnya; menatap matanya.Tak peduli dengan kamera dimana-mana yang mencoba mengabadikan moment aku dengannya; aku juga tak peduli dengan ucapan wanita-wanita yang iri dan mencibir wanitaku.
Aku ingin menyumpal mulut mereka semua, tapi detik ini aku hanya ingin membebaskan perasaanku; menghilangkan perasaan sakit dan menggganggu batinku.

Wajahnya tampak bengkak dan mata indahnya sembab; aku meringis.Rasanya hatiku ikut sakit melihatnya rapuh begini.

Im sorry” katanya sedih.Aku menatapnya heran; sorry?

Im sorry for loving you this long” katanya sendu; airmata mengalir lagi dipipinya. Shit, apa aku selalu membuatnya menangis seperti ini? Sial, ya.Aku bodoh, aku bodoh sekali.

no— no need to say sorry” kataku. Ia meneteskan airmata lagi

do—don’t go” katanya lemah.

Sorry” kataku lalu memeluknya. “I have to go” kataku sambil mengelus kepalanya.Tubuhnya terasa sangat kecil dalam renguhan tanganku.Ia tetap terisak-isak dan membiarkanku merasa seperih ini.

Seperti perang batin.

I love you. I always do” katanya dalam pelukku.Aku mengangguk aku mengangguk berkali kali. Aku tahu dan akupun merasakan hal yang sama.

See you again, maybe?” Ia melepas pelukanku, menatap mataku sekali lagi. Dan kali inibenar benar kusaksikan bahwa ia berjalan menjauh..

Ini semua benar-benar berakhir.
Aku benar-benar harus pergi, tapi tidak dengan perasaanku.

Aku menunduk lemah. Merasakan tepukan pada bahuku, oh..itu ayahku.

we have to go now” katanya melirik alroji dilengannya. “pesawatnya berangkat 3 jam lagi, we must prepare” katanya lagi. Aku menatap kearah wanitaku tadi berlari; tak ada apapun. Gadisku telah menghilang. Aku tak melihat apapun selain orang-orang berkerumun memperhatikanku.Tidak juga dia; wanitaku.

Aku mengangguk lemah dan mengikuti ayahku.

Mungkin..
Mungkin kita memang harus berpisah disini..


FIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Perks Of Being Single.

hello peeps. kali ini gue mau bahas beberapa things, yang jadi kelebihan bawa lebih enak single, loh! haha (padahal provokator biar pada jomblo nemenin gue) wkwk XD 1. The Time Is Yours. buat cewek nih terutama, pasti semua orang butuh me time. plan lo yang tadinya mau nonton film/ drama korea 16 episode dibabat habis habisan hari itu (niatnya) eh gagal pas di episode pertengahan doi nelfon/ ngechat. Kan jadi gak fokus, ya ga girl? Ini kelebihannya. Kalo lo Single, otomatis kan gak ada yang perlu lo khawatirin. Takut doi marah kalo gadibales or blah bla blah. 2. Gak takut ribut-ribut. Lo lagi gabut dirumah, nungguin doi ngechat atau ngajak jalan. Eh tiba-tiba temen lo atau orang rumah ngajak pergi dan lo lupa bawa handphone atau lowbat. Bayangin, kalo lo single kan enak. Haha, lo punya Quality Time sama orang lain. Gaperlu check hp almost every single minute. Have Fun. Atau lebih baiknya, gak perlu berantem-berantem karena doi marah chat gak dibales, atau karena handphonemu ketin...

Jemput aku..

Sayang.. Jaga rasa yang kutitipkan, jika kelak aku tak dapat kembali untuk mengambilnya.. Simpan baik-baik. Karena aku.. memberikan tulus rasaku padamu. Memberikan banyak perasaan atas cintaku padamu. jaga itu sayang... Jika nanti tanganku tak lagi dapat menggapai dan meraih jemarimu. Jika kelak mataku tak lagi dapat menatap wajahmu. Jika kelak mulutku tak lagi dapat memanggil namamu. Memberikan katakata indah untukmu. Jika telingaku tak lagi dapat mendengar suaramu.. Dan bila nafasku benar-benar berhenti.. Percayakah kamu? Bahwa hatiku tetap terjaga untuk selalu mencintaimu. Cintaku akan memelukmu.. walau hanya bayang semu.. Tetap saja, hatiku.. akan tetap hidup disampingmu. Tetap mengawasimu. Tetap menjagamu.. Walau tak lagi dapat mencegah siapa yang akan menggantikan posisi hatiku.. Aku bisa menerima jika dia lebih baik dari aku. Jika ia dapat menghapus airmatamu. Jika ia dapat mengh angatkanm u. Jika ia membuatmu lebih bahagia. Jika ia dapat menghadirkan senyummu ...

inside of mind. bagian 2

after re reading my preview post. that was unstructural and seems... messy. well, that actually picturing my mind so well. bagian dari otakku benar-benar sibuk berfikir tentang banyak hal, thats why... postinganku sebelumnya benar-benar berantakan dan terkesan berputar-putar, well. i personally say sorry for what i've been write. i just want to write something inside mine before my parents send me to el ysium LOL begini, ternyata titik fokusku sebenarnya adalah tentang pilihan. Dan konsekuensi yang akan mengikutiku dibelakangnya. Aku... memang sedang menghadapi pilihan yang well boleh kukatakan mudah-mudah saja, tapi bagiku. Ini sama sekali tak mudah walaupun aku hanya berkata ya dan urusan selanjutnya biar kita lihat saja. No, im not the type like that. Aku pernah begitu bergantung pada seseorang, semua hari-hari yang kulalui akan selalu bersamanya, begitu kufikir. Karena aku dan ia memiliki cinta yang kufikir dapat membangun dan bertahan selamanya, badai-- dan kerikil telah ...