Bawa aku pergi, hujan. Bawa cintaku pergi, hujan. Bawa rasa sakitku.. Bawa rasa pedihku.. *** Aku membawakan sebuah payung untuknya yang telah menunggu di pos kampusnya. Ia tersenyum saat aku menghampirinya. Aku berdiri disampingnya, seperti biasa, aku meraih tangannya dan mengecup punggung tangannya, ia tersenyum. Derasnya hujan memaksaku ikut berteduh sebentar. Semua akan baik-baik saja jika ia disini.. *** "Ma, tapikan..." aku menghapus bulir airmata yang tak henti-hentinya jatuh. "Kamu tau kan? Agama kamu sama Kievano beda. Alystya, kamu harus ngerti. Kalian GAK AKAN BISA MENYATU. TITIK! " mama mengakhiri kalimatnya dengan tajam. Aku meringis menahan rasa sakit di dadaku. Bagaimana bisa? 9 tahun hubunganku berakhir hanya karena satu hal? Hal tabu, hal yang hanya membuat bisu ; agama. "Tapi, aku sayang sama Kiev ma.. Pa? Aku gak mau misah ama Kiev.. Ma... aku mohon" aku bersujud dibawah kaki mama dan papa. Mengapa aku menjadi sangat berharap? M...
sometimes write could heal, could kill, and i let them both do things to me.