Alohaaa readers! Hope u like it[] but, ini sebenernya dapet wangsit nulis dari mimpi buruk yg bikin nangis pas bangun. Yatuhan bener-bener mimpi buruk! True story, tapi dengan pengubahan alur yaaa. Biar berasa lebih ngena. Enjoy it fellas[]
[]
Naveeta Levine. A.k.a Ave
Georaldo Ivanovic. A.k.a Al
---
So baby, why you runaways?[]
Hari yang sangat melelahkan, dan juga membosankan. Apa bagusnya hari ini? Hari ini, harusnya Anniversary Ave dan kekasihnya, 19 Agustus. Yang ke 5x nya. Ave mendengus dan mencaci dalam hati. Apa kerennya hari ini? Nothing. Ave mengambil handphonenya dan melihat beberapa sosial media yang ia gunakan, apa-apaan? Bahkan Al lupa ini Anniversary mereka? Oh suck! Damn it[]
Aku berdiri... mematung... tak bergerak.... hidup.... tapi jiwaku mati... benar-benar terasa pergi, sehingga hanya ada tangis.
Aku membungkam mulutku sekuat tenaga. Menggigit bibirku hingga mengeluarkan darah! Bahkan aku kebal. Yang kurasakan hanya sakit dihati. Hanya luka perih... ototku mati. Bahkan aku hanya duduk lemah; menatap tubuhnya yang berlumuran darah. Menatap matanya yang tertutup; menutup segala keindahan yang ia miliki. Tuhan bunuh saja aku!
Ave berjalan gontai menghampiri Al, ia bersimpuh dan tak peduli dengan pandangan orang disekitarnya. Matanya tampak buram; karena airmata terus keluar tanpa bisa Ave tahan lagi. Ia menangis, terisak; tak percaya ini terjadi.
"Aal...." nafasnya tercekat. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Al. Sehingga tak ada jarak. Ave mengecup bibir Al. Rasanya tak hangat; tak berbalas. Dan membuat luka.
"Aaal.." kali ini Ave memanggil lagi... lebih lirih. Dan lebih menyesakkan dada. Airmatanya tumpah kemana mana.
"Aal.... jangan... tinggalin Ave.." ia terisak. Ave mengangkat jemari Al, dan mengusap airmatanya menggunakan jemari kekasihnya. Ia tak peduli, yang ada wajahnya kini sama- penuh dengan darah. Ia tak mau tahu; ia sakit. Batinnya sakit. Dan jiwanya. Pergi bersama sang terkasih; saat ini.
Ave berteriak sekuat tenaga dan merengkuh tubuh Al; yang berlumuran darah. Ia memeluk tubuh kekasihnya, berharap sang kekasih memeluknya balik dan menenangkannya. Tangannya bergetar menyentuh tubuh sang pria. Kaos putih polosnya kini bercorak merah darah.. Ave tak peduli lagi. Sama sekali tidak! Ave hanya tau... kali ini, ia tak ingin sang kekasih benar-benar pergi[]
Al sedang diperiksa dokter, sejak tadi dan belum selesai sekarang. Ave memegang handphone Al. Ia tersenyum saat melihat fotonya menjadi wallpaper handphone Al. Tapi airmata lagi-lagi keluar dan mengaburkan pandangan. Ave mencari nomor telfon seseorang-
"Halo.. kenapa Al?" Suara seorang wanita disebrang sana menyadarkan Ave dari tangisnya.
"Ha...lo" ucap Ave miris.
"Halo, Ave?"
"Ya... tante"
"Ada apa, nak?"
"Al, kritis... tante... dia.. hiks.. kecelakaan" Ave mengucapkan dengan sekuat tenaga- walau tentu saja nihil. Ia tetap terisak- menangis. Dan tak dapat menahan gejolak yang memukul dadanya tiap kali.
"Apa..."
"Tante... diman--ahh?"
"Tante sedang di KL, besok pagi baru ada penerbangan kesana. Ave, kamu bisa jaga Al untuk tante?"
"Bisa... tante-- apapun--"
"Kamu jangan nangis ya. See u darl"
"Ya"
[]
"Aal.." lagi-lagi. Ave hanya dapat memanggil dengan lirih. Ia tak mengerti apa- mengapa- kenapa. Ini semua datang disaat yang bahkan tak pernah terfikirkan dalam benaknya? Kenapa harus Al? Kenapa sekarang? Bahkan ini baru pukul 3 siang. Dan ini hari Anniversarry mereka. Ave menatap bunga mawar di nakas. Ave menghirup wanginya. Ada beberapa- bahkan bisa dibilang banyak. Darah yang ada di bunga itu. Ave menatap miris, dan sakit lebih tepatnya. Ia menatap Al yang bajunya telah berganti menjadi baju rumah sakit. Ave mengambil kertas kecil didalam bunga dan membacanya..
Happy 5th anniversary, hunny. I love you{}
- Georaldo -
Airmatanya menetes lagi, jatuh ke bunga yang sedang ia pegang. Dan bercampur dengan darah yang ada di bunga. Hatinya penuh rasa sakit dan pukulan kelam pada dadanya[]
Ave mengerjapkan matanya saat tangan yang ia peluk tadi sebelum tidur telah mengusap-usap wajahnya. Al udah sadar? Ia membatin sebelum memeriksa lebih jauh.
Kasur berukuran Kingsize milik rumah sakit memudahkan Ave untuk tertidur disisi kekasihnya.
"Ave...."
"Aal?" Ave langsung bangun dari tidurnya dan menatap mata onix milik kekasihnya.
"I am, hunny" Al menjawab dengan senyum khasnya-- senyum kesukaan Ave tentunya.
"Yatuhan! Aaaal!!!!!!" Ave berteriak bahagia dan memeluk tubuh sang kekasih dengan agresif. Ave mengecup mata. Hidung. Dan berakhir di..... eum, kesukaan keduanya.
Ave menatap tak percaya. Ia tersenyum; tapi malah menangis. Ia terisak dan memukul- mukul kepalanya karena bayangan Al sekarat berputar dengan indah di kepalanya.
"Hey hey hunny, kenapa?" Al menghentikan tangan Ave yang terus menyakiti diri sendiri.
"Aal maafkan aku. Ini semua karena aku. Karena Anniversary kita. Karena aku... karena hiks.. karena...---" Ave berhenti berbicara saat tangan kanan Al menekan punggungnya. Membuat Ave kehilangan keseimbangan, dan berakhir. Dipelukan Al. Al tersenyum manis.
"Selama kamu disini, semua baik-baik saja." Ave malah makin menjadi. Ia menangis sekuat-kuatnya dan memukul dada Al sebisanya. Tapi bukannya sakit, Al malah terlihat bahagia[]
"Tante!" Ave memeluk tante Ellen; Mama Georaldo.
"Gimana keadaan Al, nak?" Ellen mengusap rambut Ave yang tergerai kebawah.
"Al udah lebih baik-baik aja tante" Ave tersenyum. Tapi senyumnya hilang saat menatap kakak Al, yang bisa dibilang membencinya.
"Ini gara-gara lo!" Wanita itu membentak Ave didepan wajah.
"Inka, sudahlah"
"Kalo al ga sayang lo! Mungkin dia masih baik-baik aja! Dasar cewek sial!" Wanita itu menampar Ave. Ave meringis memegangi pipinya yang terasa terbakar, dan hatinya yang hancur.
"Maaf." Ave menundukkan kepala.
"Tak apa-apa, Ave. Ini bukan salahmu." Ellen memeluk bahu Ave[]
Sekarang semuanya ada diruangan Al.
"Avee..." ucap Al manja. Ave bangkit dari duduknya dan mengambilkan Al minum. Inka menatap sinis.
"Dia yang bikin kamu celaka, Al!" Ucap Inka tajam. Hati Ave teriris lagi. Bahkan lebih sakit dari yang tadi.
"Tapi aku mencintai dia, kak. Dan menyayangi dia, mati? Aku tak peduli" ucap Al sambil mengecup jemari Ave. Ave terenyuh. Hatinya melunak dan merasakan gelenjar aneh dalam hatinya.
"Dia tak cukup baik untuknya- Al! Kau ini buta atau kenapa hah?!" Mama-papa Al hanya terdiam melihat hal ini, menambah luka dihati Ave. Hanya Al yang membantu dan melindunginya.
"Aku tak pernah peduli, sudah kubilang! Hanya Ave yang kucintai. Sekarang! Bahkan untuk selamanya." Al tersenyum dan mengecup dahi Ave. Tuhan, malaikatmu ini sangat indah untuk kumiliki[]
Ave terbangun saat merasakan sebuah kecupan pada dahinya.
"AL?!" Ave hampir berteriak. Al mundur beberapa langkah, ia terkejut.
"Oh god!" Ave berdiri dan secepat kilat memeluk Al. Merasakan hangatnya-- membiarkan detak jantungnya beriringan dengan detak jantung sang kekasih.
"Hei heii! Ada apa sayang?"
Ave menatap lekat-lekat kedalam onix hitam milik Al. Ia sangat menyukai mata itu<3
"Aku sangat mencintaimu Al. Jangan pergi. Kumohon" Ave terisak dalam dada bidang milik Al.
"Hah? Apa sih, veeee? Mana mungkin aku segila itu? Meninggalkan seorang Naveeta Levine? No. No!" Al tersenyum "aku hanya mencintaimu, my princess" dan berakhir dengan ciuman manis keduanya[]
TAMAT!
[]
Naveeta Levine. A.k.a Ave
Georaldo Ivanovic. A.k.a Al
---
So baby, why you runaways?[]
Hari yang sangat melelahkan, dan juga membosankan. Apa bagusnya hari ini? Hari ini, harusnya Anniversary Ave dan kekasihnya, 19 Agustus. Yang ke 5x nya. Ave mendengus dan mencaci dalam hati. Apa kerennya hari ini? Nothing. Ave mengambil handphonenya dan melihat beberapa sosial media yang ia gunakan, apa-apaan? Bahkan Al lupa ini Anniversary mereka? Oh suck! Damn it[]
Aku berdiri... mematung... tak bergerak.... hidup.... tapi jiwaku mati... benar-benar terasa pergi, sehingga hanya ada tangis.
Aku membungkam mulutku sekuat tenaga. Menggigit bibirku hingga mengeluarkan darah! Bahkan aku kebal. Yang kurasakan hanya sakit dihati. Hanya luka perih... ototku mati. Bahkan aku hanya duduk lemah; menatap tubuhnya yang berlumuran darah. Menatap matanya yang tertutup; menutup segala keindahan yang ia miliki. Tuhan bunuh saja aku!
Ave berjalan gontai menghampiri Al, ia bersimpuh dan tak peduli dengan pandangan orang disekitarnya. Matanya tampak buram; karena airmata terus keluar tanpa bisa Ave tahan lagi. Ia menangis, terisak; tak percaya ini terjadi.
"Aal...." nafasnya tercekat. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Al. Sehingga tak ada jarak. Ave mengecup bibir Al. Rasanya tak hangat; tak berbalas. Dan membuat luka.
"Aaal.." kali ini Ave memanggil lagi... lebih lirih. Dan lebih menyesakkan dada. Airmatanya tumpah kemana mana.
"Aal.... jangan... tinggalin Ave.." ia terisak. Ave mengangkat jemari Al, dan mengusap airmatanya menggunakan jemari kekasihnya. Ia tak peduli, yang ada wajahnya kini sama- penuh dengan darah. Ia tak mau tahu; ia sakit. Batinnya sakit. Dan jiwanya. Pergi bersama sang terkasih; saat ini.
Ave berteriak sekuat tenaga dan merengkuh tubuh Al; yang berlumuran darah. Ia memeluk tubuh kekasihnya, berharap sang kekasih memeluknya balik dan menenangkannya. Tangannya bergetar menyentuh tubuh sang pria. Kaos putih polosnya kini bercorak merah darah.. Ave tak peduli lagi. Sama sekali tidak! Ave hanya tau... kali ini, ia tak ingin sang kekasih benar-benar pergi[]
Al sedang diperiksa dokter, sejak tadi dan belum selesai sekarang. Ave memegang handphone Al. Ia tersenyum saat melihat fotonya menjadi wallpaper handphone Al. Tapi airmata lagi-lagi keluar dan mengaburkan pandangan. Ave mencari nomor telfon seseorang-
"Halo.. kenapa Al?" Suara seorang wanita disebrang sana menyadarkan Ave dari tangisnya.
"Ha...lo" ucap Ave miris.
"Halo, Ave?"
"Ya... tante"
"Ada apa, nak?"
"Al, kritis... tante... dia.. hiks.. kecelakaan" Ave mengucapkan dengan sekuat tenaga- walau tentu saja nihil. Ia tetap terisak- menangis. Dan tak dapat menahan gejolak yang memukul dadanya tiap kali.
"Apa..."
"Tante... diman--ahh?"
"Tante sedang di KL, besok pagi baru ada penerbangan kesana. Ave, kamu bisa jaga Al untuk tante?"
"Bisa... tante-- apapun--"
"Kamu jangan nangis ya. See u darl"
"Ya"
[]
"Aal.." lagi-lagi. Ave hanya dapat memanggil dengan lirih. Ia tak mengerti apa- mengapa- kenapa. Ini semua datang disaat yang bahkan tak pernah terfikirkan dalam benaknya? Kenapa harus Al? Kenapa sekarang? Bahkan ini baru pukul 3 siang. Dan ini hari Anniversarry mereka. Ave menatap bunga mawar di nakas. Ave menghirup wanginya. Ada beberapa- bahkan bisa dibilang banyak. Darah yang ada di bunga itu. Ave menatap miris, dan sakit lebih tepatnya. Ia menatap Al yang bajunya telah berganti menjadi baju rumah sakit. Ave mengambil kertas kecil didalam bunga dan membacanya..
Happy 5th anniversary, hunny. I love you{}
- Georaldo -
Airmatanya menetes lagi, jatuh ke bunga yang sedang ia pegang. Dan bercampur dengan darah yang ada di bunga. Hatinya penuh rasa sakit dan pukulan kelam pada dadanya[]
Ave mengerjapkan matanya saat tangan yang ia peluk tadi sebelum tidur telah mengusap-usap wajahnya. Al udah sadar? Ia membatin sebelum memeriksa lebih jauh.
Kasur berukuran Kingsize milik rumah sakit memudahkan Ave untuk tertidur disisi kekasihnya.
"Ave...."
"Aal?" Ave langsung bangun dari tidurnya dan menatap mata onix milik kekasihnya.
"I am, hunny" Al menjawab dengan senyum khasnya-- senyum kesukaan Ave tentunya.
"Yatuhan! Aaaal!!!!!!" Ave berteriak bahagia dan memeluk tubuh sang kekasih dengan agresif. Ave mengecup mata. Hidung. Dan berakhir di..... eum, kesukaan keduanya.
Ave menatap tak percaya. Ia tersenyum; tapi malah menangis. Ia terisak dan memukul- mukul kepalanya karena bayangan Al sekarat berputar dengan indah di kepalanya.
"Hey hey hunny, kenapa?" Al menghentikan tangan Ave yang terus menyakiti diri sendiri.
"Aal maafkan aku. Ini semua karena aku. Karena Anniversary kita. Karena aku... karena hiks.. karena...---" Ave berhenti berbicara saat tangan kanan Al menekan punggungnya. Membuat Ave kehilangan keseimbangan, dan berakhir. Dipelukan Al. Al tersenyum manis.
"Selama kamu disini, semua baik-baik saja." Ave malah makin menjadi. Ia menangis sekuat-kuatnya dan memukul dada Al sebisanya. Tapi bukannya sakit, Al malah terlihat bahagia[]
"Tante!" Ave memeluk tante Ellen; Mama Georaldo.
"Gimana keadaan Al, nak?" Ellen mengusap rambut Ave yang tergerai kebawah.
"Al udah lebih baik-baik aja tante" Ave tersenyum. Tapi senyumnya hilang saat menatap kakak Al, yang bisa dibilang membencinya.
"Ini gara-gara lo!" Wanita itu membentak Ave didepan wajah.
"Inka, sudahlah"
"Kalo al ga sayang lo! Mungkin dia masih baik-baik aja! Dasar cewek sial!" Wanita itu menampar Ave. Ave meringis memegangi pipinya yang terasa terbakar, dan hatinya yang hancur.
"Maaf." Ave menundukkan kepala.
"Tak apa-apa, Ave. Ini bukan salahmu." Ellen memeluk bahu Ave[]
Sekarang semuanya ada diruangan Al.
"Avee..." ucap Al manja. Ave bangkit dari duduknya dan mengambilkan Al minum. Inka menatap sinis.
"Dia yang bikin kamu celaka, Al!" Ucap Inka tajam. Hati Ave teriris lagi. Bahkan lebih sakit dari yang tadi.
"Tapi aku mencintai dia, kak. Dan menyayangi dia, mati? Aku tak peduli" ucap Al sambil mengecup jemari Ave. Ave terenyuh. Hatinya melunak dan merasakan gelenjar aneh dalam hatinya.
"Dia tak cukup baik untuknya- Al! Kau ini buta atau kenapa hah?!" Mama-papa Al hanya terdiam melihat hal ini, menambah luka dihati Ave. Hanya Al yang membantu dan melindunginya.
"Aku tak pernah peduli, sudah kubilang! Hanya Ave yang kucintai. Sekarang! Bahkan untuk selamanya." Al tersenyum dan mengecup dahi Ave. Tuhan, malaikatmu ini sangat indah untuk kumiliki[]
Ave terbangun saat merasakan sebuah kecupan pada dahinya.
"AL?!" Ave hampir berteriak. Al mundur beberapa langkah, ia terkejut.
"Oh god!" Ave berdiri dan secepat kilat memeluk Al. Merasakan hangatnya-- membiarkan detak jantungnya beriringan dengan detak jantung sang kekasih.
"Hei heii! Ada apa sayang?"
Ave menatap lekat-lekat kedalam onix hitam milik Al. Ia sangat menyukai mata itu<3
"Aku sangat mencintaimu Al. Jangan pergi. Kumohon" Ave terisak dalam dada bidang milik Al.
"Hah? Apa sih, veeee? Mana mungkin aku segila itu? Meninggalkan seorang Naveeta Levine? No. No!" Al tersenyum "aku hanya mencintaimu, my princess" dan berakhir dengan ciuman manis keduanya[]
TAMAT!
Komentar